Adadua Pencipta, yang satu nama-Nya Terang yang lain nama-Nya Gelap. Terang ada di dalam Gelap. Kedua Yohanes menamakan Dwitunggal Terang di dalam Gelap itu Firman. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya
KetujuhPENGERTIAN IBADAH DALAM ISLAM[1] Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas A. Definisi Ibadah Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: Ibadah adalah taat kepada Allah dengan
Ilustrasi ibadah yang sejati. Foto Shutter StockMelakukan ibadah yang sejati adalah salah satu hal yang diajarkan dalam Alkitab, tepatnya pada Roma 12 ayat 1 yang ditulis oleh Paulus kepada Jemaat di Roma. Adapun bunyi ayat Alkitab Roma 12 ayat 1 sebagai berikut“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati.”Dalam ayat Alkitab di atas, dijelaskan bahwa umat Nasrani perlu mewujudkan ibadah yang sejati dalam kehidupan keseharian. Mengutip buku Pendidikan Agama Guru Cermin Remaja 1, ibadah tersebut dapat dilakukan secara pribadi atau secara pribadi artinya menyatakan bakti kepada Tuhan Yesus Kristus melalui kehidupan pribadi. Sedangkan beribadah dalam komunitas adalah ibadah yang dilakukan dalam bentuk persekutuan bersama sesama orang percaya. Misalnya, kebaktian remaja, Sekolah Minggu, kebaktian keluarga, dan apa arti ibadah yang sejati? Ketahui penjelasan berikut agar tidak salah ibadah yang sejati. Foto UnsplashApa Itu Ibadah yang Sejati?Menurut KBBI, ibadah artinya perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ibadah juga berarti segala usaha lahir dan batin sesuai perintah Tuhan untuk meraih kebahagiaan serta keselarasan hidup untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat ataupun alam itu, ibadah sejati merupakan ungkapan dari bahasa Yunani, yaitu logiken latreian humon yang artinya ibadah yang logis, pantas, dan dapat dilakukan. Hal ini seperti tercatat dalam buku 123 Oke Outline Khotbah Ekspositori 2021.Jika dilihat dalam arti luas, ibadah yang sejati sebenarnya memiliki beberapa makna berbeda. Berikut penjelasannya seperti dikutip dari buku Livin Good & Healthy oleh Dr. Iskandar Junaidi1. Ibadah yang sejati adalah ketika umat Nasrani mampu bertahan menghadapi tantangan hidup dan mengucap syukur dalam segala keadaan, baik sukacita ataupun Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, khusus, dan berkenan kepada Ibadah yang sejati adalah ibadah yang dilakukan dalam keseharian hidup kita secara total dalam hal apa pun. Bukan hanya ketika bersembahyang, namun juga ketika umat mempersembahkan hidup seutuhnya kepada ibadah yang sejati. Foto UnsplashDengan kata lain, apa pun yang dilakukan umat Kristen harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh, bukan setengah hati. Selain itu, umat Kristen juga harus menyangkal diri dengan berusaha hidup sesuai kehendak Tuhan Yesus dengan penyangkalan diri akan menghasilkan kekudusan hidup yang memampukan umat untuk mengendalikan lidah, sehingga tidak mengucapkan kata-kata yang tidak sopan, tidak berguna, dan tidak kalimat “mempersembahkan tubuh” dalam Roma 12 ayat 1 Alkitab bukan berarti menyerahkan tubuh secara jasmaniah. Namun, kalimat itu mengandung makna bahwa umat harus memisahkan keinginan tubuh dan keinginan daging; atau mengkhususkan hidup sepenuhnya kepada Allah dan memisahkan diri dari yang Dimaksud dengan Ibadah yang Sejati?Apa Ayat Alkitab yang Membahas Ibadah yang Sejati?Bagaimana bunyi Roma 12 ayat 1?
Cariarti dan inspirasi rangkaian nama Qawiemah beserta artinya dalam bahasa Arab pada daftar berikut: Rangkaian Nama Qawiemah Sebagai Nama Depan [2-3-4 Kata] 1. Qawiemah Azqiara: nama anak perempuan yang bermakna berada di jalan lurus dan berhati bersih. Qawiemah: Yang lurus (Arab) Azqiara: [1] Orang yang bersih [2] Dihormati (Islami) 2.
Oleh Yunus Septifan Harefa Romans 121 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati. Ibadah bukan hanya di hari Minggu. Ibadah juga bukan hanya soal menyanyi atau menari. Ibadah adalah tentang hidup yang kita jalani setiap hari. Menurut Rick Warren, pekerjaan kita pun menjadi ibadah ketika kita mendedikasikannya kepada Allah dan melakukannya dengan sebuah kesadaran akan kehadiran-Nya. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang kita lakukan termasuk yang kita pikirkan dapat menjadi ekspresi dari sebuah ibadah apabila kita melakukannya dengan tetap memandang kepada Allah. Dalam Roma 121-8, terdapat dua hal penting yang harus kita pahami mengenai ibadah. Pertama Ibadah Berbicara Mengenai Kehidupan “Saya” Ibadah tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan personal tentang “saya”. Ketika saya beribadah, maka hidup saya juga harus menunjukkan hidup yang berubah. Kalau saya beribadah, maka hidup saya akan berbeda dengan orang-orang di dunia ini. Kalau saya beribadah, maka hidup saya harus kudus dan berkenan bagi Allah. Kalau saya beribadah, maka pikiran saya juga harus mampu membedakan manakah kehendak Allah dan yang bukan kehendak-Nya. ay. 1-2 Kedua Ibadah Berbicara Mengenai Kehidupan “Kita” Ibadah tidak hanya berhenti pada kehidupan “saya”. Ibadah juga berbicara mengenai kehidupan “kita”. Ketika saya sudah dikuduskan oleh Allah menjadi umat-Nya, maka saya dipisahkan dan dikumpulkan bersama dengan orang-orang kudus lainnya. Ketika saya berkumpul dengan orang-orang kudus lainnya, maka ibadah bukan lagi hanya tentang saya, tetapi tentang kita bersama. Dalam kehidupan kita bersama inilah muncul istilah “keragaman”. Paulus menggambarkan keragaman itu dengan menjelaskan bermacam-macam karunia ay. 3-8. Setiap orang punya karunia yang berbeda, yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, perbedaan yang ada bukan bertujuan untuk menghancurkan, malahan perbedaan tersebut berfungsi untuk tetap menjaga keutuhan bersama. Ketika kita mampu menjaga kehidupan bersama, maka sebenarnya kita sedang beribadah. Oleh karena itu, hiduplah sebagai seorang yang beribadah! Secara personal, kita menjaga kekudusan. Secara komunal, kita tetap mampu berkarya dalam keragaman. Ibadah yang sejati itu mengubahkan “saya”, tetapi tidak pernah memisahkan “kita”. Yunus
SarapanPagiBiblika Ministry. Artikel terkait: - ASYERA - ISYTAR, di asyera-vt6296.html#p27035 - DEWA TAMUS, di dewa-tamus-vt7926.html#p40197 - NIMROD, di nimrod-namrud-vt4431.html#p24279. Namun sebenarnya ke-3 nama-nama ini tidak ada hubungannya dengan EASTER (PASKAH) yang diperingati umat Kristen pada hari ini, Minggu, 27 Maret 2016.
Pertanyaan JawabanManusia secara naluri merupakan makhluk penyembah. Pemazmur mengungkapkan hal ini ketika ia menulis, "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah" Mzm 421. Pada abad pertama Sebelum Masehi, Cicero mengamati bahwa agama, apapun bentuknya, merupakan hasil dari sifat universal manusia. Mengingat bahwa orang-orang akan menyembah sesuatu atau seseorang, kita harus mencari tahu apakah sebenarnya yang dimaksud menyembah itu? Kepada siapa dan bagaimana kita seharusnya menyembah? Hal apa saja yang diperlukan untuk mewujudkan ibadah yang alkitabiah? Yang paling penting, apakah kita termasuk "penyembah benar" Yoh 423 atau penyembah palsu? Kristus memerintahkan penyembah-penyembah yang benar untuk menyembah dalam roh dan kebenaran Yoh 424. Rasul Paulus menjelaskan bahwa kita harus beribadah oleh Roh Allah Flp 33. Itu berarti bahwa ibadah yang sejati hanya datang dari orang-orang yang telah diselamatkan karena beriman-percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan telah memiliki Roh Kudus yang tinggal di dalam hati mereka. Menyembah dalam roh berarti memiliki sikap hati yang benar, tidak hanya sekadar mengikuti upacara dan ritual. Menyembah dalam kebenaran berarti menyembah menurut apa yang telah Allah ungkapkan tentang diri-Nya di Alkitab. Agar ibadah kita sesuai Alkitab, kita tidak boleh melampaui apa yang diperbolehkan oleh Alkitab Im 101; 1 Kor 4 6, taat kepada ajaran Kristus 2 Yoh 9; Ul 412; 1232; Why 2218-19. Penyembahan yang benar harus sesuai dengan petunjuk yang tercatat di Alkitab, bukannya kitab yang lain – seperti Kitab Kesaksian Book of Confessions, kitab undang-undang, atau buku-buku buatan manusia lainnya yang berisi petunjuk atau arahan. Gereja pada abad pertama melakukan beberapa tata cara ibadah dalam setiap kebaktian mereka. Berdasarkan itu, kita dapat menentukan apa-apa saja yang diperlukan untuk menyelenggarakan ibadah yang benar-benar alkitabiah Perjamuan Kudus Kis 207, doa-doa yang dinaikkan 1 Kor 1415 -16, lagu-lagu yang dinyanyikan untuk kemuliaan Allah Ef 519, pengumpulan persembahan 1 Kor 16 2, Kitab Suci yang dibacakan Kol 416, dan Firman Allah yang dinyatakan Kis 20 27. Perjamuan Kudus merupakan peringatan kematian Yesus sampai Dia datang kembali 1 Kor 1125-26. Doa seharusnya ditujukan kepada Allah saja Neh 49; Mat 69, bukan kepada orang mati seperti yang dilakukan oleh umat Katolik. Kita tidak diperbolehkan menggunakan perangkat seperti rosario atau "tasbih" dalam ibadah. Yang terpenting, doa kita harus selaras dengan kehendak Allah 1 Yoh 514. Dalam ibadah, kita harus bernyanyi. Rasul Paulus memerintahkan kita untuk "berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita" Ef 519-20. Bernyanyi untuk Allah dan untuk seorang akan yang lain dapat membawa kebenaran ke dalam musik Kol 316. Menurut Alkitab, salah satu bagian dari ibadah adalah memberikan persembahan. Paulus memerintahkan kepada jemaat di Korintus "Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing-sesuai dengan apa yang kamu peroleh-menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang" 1 Kor 161-2 . Persembahan rutin untuk mendukung pekerjaan Allah merupakan tanggung jawab yang penting. Kesempatan untuk memberi harus dilihat sebagai berkat yang menggetarkan hati, jangan dilakukan dengan sedih hati atau merasa terpaksa 2 Kor 97. Selain itu, memberi dengan sukarela merupakan metode yang secara jelas dinyatakan di Alkitab demi menopang Gereja. Gereja tidak diperbolehkan untuk menjalankan usaha, menyelenggarakan konser berbayar, dan sejenisnya. Gereja Kristus tidak dimaksudkan untuk dijalankan seperti halnya bisnis komersial lihat Mat 2112-13. Akhirnya, khotbah dan pengajaran adalah hal yang utama dalam ibadah yang alkitabiah. Pengajaran kita haruslah berdasarkan Alkitab saja, yang merupakan satu-satunya cara untuk memperlengkapi orang-percaya supaya bisa hidup dalam kesalehan 2 Tim 316-17. Pengkhotbah atau guru yang setia hanya akan mengajar dari Firman. Ia akan bergantung pada Roh Kudus untuk bekerja dalam pikiran dan hati pendengarnya. Seperti ketika Paulus mengingatkan Timotius, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran"2 Tim 42. Sebuah pertemuan gereja yang tidak melibatkan Firman Allah sebagai komponen utama sudah pasti bukan ibadah yang alkitabiah. Saat kita mengikuti pola ibadah yang benar dalam Alkitab, marilah kita menyembah Allah dengan gairah yang luar biasa. Kita tidak boleh memberikan kesan kepada dunia bahwa menyembah Allah adalah ritual yang membosankan dan tidak hidup. Kita telah ditebus dari dosa. Oleh karena itu, marilah kita memuji Pencipta kita sebagai anak-anak-Nya; bersyukur atas berkat-Nya yang melimpah. "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan" Ibr 1228-29. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apa sajakah yang diperlukan untuk menyelenggarakan ibadah yang benar-benar alkitabiah?
Padabagian terakhir, Paulus berkata bahwa inilah ibadah kita yang sejati. Ketika kita berbicara mengenai ibadah maka yang ada di pikiran kita adalah hari minggu kita pergi ke gereja. Ya memang betul itu adalah ibadah. Tetapi sebenarnya konsep ibadah tidak dapat dipersempit pada ibadah hari minggu saja.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. AbstrakIbadah yang sejati kepada Tuhan adalah hal yang mendasar bagi setiap pengikut Kristus. Oleh karena itu, Paulus membahas tentang ibadah sejati dalam suratnya kepada jemaat di Roma 121-2. Paulus mencoba menjelaskan inti dan makna dari kebenaran ibadah. Fokus penelitian yaitu mencari inti dan makna dari ibadah yang sejati. Sedangkan metode penelitian yaitu analisis teks dan perbandingan dengan komentar dari para sarjana melalui metode studi kepustakaan. Penulis menemukan tiga hal dari penelitian tentang ibadah yang sejati. Pertama, orang Kristiani perlu menyadari kebaikan atau kemurahan hati Tuhan dalam hidup. Kedua, orang Kristiani perlu mengarahkan budinya kepada kehendak Tuhan. Ketiga, ibadah sejati bagi orang Kristiani yaitu persembahan seluruh hidup kepada rencana Kunci Ibadah, Sejati, Inti, MaknaPengantarPemahaman tentang inti dan makna ibadah beraneka ragam. Beberapa orang mengartikan ibadah sebagai perkumpulan orang yang melakukan tata cara peribadatan masing-masing. Sedangkan, beberapa orang mengartikan ibadah hanya kumpulan orang yang menjalankan aktivitas liturgis pada waktu-waktu tertentu. Kemudian, ada beberapa orang memahami bahwa ibadah merupakan urusan pribadi dengan Sang Pencipta. Pemahaman yang berbeda tentang inti dan makna ibadah dapat menimbulkan perpecahan di tengah jemaat. Oleh karena itu, penulis mengkaji tentang inti dan makna dari ibadah menurut Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma 121-2. Fokus pembahasan yaitu inti dan makna tentang ibadah yang sejati khususnya sebagai pengikut Teks Roma 121Bagian I menunjukkan desakan dari Paulus kepada jemat di Roma, desakannya tentang etika Kristiani. Paulus mendesak jemaat di Roma, dapat dibuktikan dari bahasa Yunani yaitu parakalo. Kata kerja parakalo berarti gabungan antara permohonan yang sangat mendesak dan jabatan".[1] Desakan Paulus tentang etika Kritiani diawali dengan kata "karena itu. 1 2 3 4 5 6 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
AyatAlkitab Untuk Pembuka Ibadah Di Gereja. Berikut adalah kumpulan ayat-ayat atau firman Tuhan dalam Alkitab yang menyinggung tentang pentingnya menjalankan ibadah. Sangat direkomendasikan untuk dibaca pada saat membaca doa pembuka ibadah. 1. Amsal. Amsal 7:14. “Aku harus mempersembahkan korban keselamatan, dan pada hari ini telah
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang kamu menjadi serupa dengan dunia ini,tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allahapa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”Roma 121-2Mungkin banyak yang bertanya, bagaimanakah seseorang dapat mempersembahkan persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah? Dalam konteks saat ini, kita mengetahui bahwa sangat terbatas untuk melakukan pelayanan sebagai ibadah yang sejati di gereja. Kita perlu mengerti bahwa konteks Roma 121-2 tidaklah terbatas pada pelayanan di dalam lingkungan gereja tengah-tengah keadaan yang kelihatannya kurang menguntungkan ini, haruslah kita ingat bahwa Firman Tuhan tetap berlaku. Secara khusus di dalam Roma 121-2 yang akan kita bahas ini, rasul Paulus menasehatkan kita untuk tetap mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah sebagai ibadah yang sejati. Mari kita perhatikan apakah makna dari masing-masing kata di atas berikut iniHidupKata hidup’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani zaō yang secara harafiah berarti bernafas, tidak mati’. Bukan hanya itu saja, kata ini juga mengandung makna segar, kuat, dan efisien’.KudusKata kudus’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani hagios yang secara harafiah berarti sakral, murni, tidak bercacat secara moral’. Orang percaya yang dikuduskan artinya dipisahkan dan disiapkan untuk setiap pekerjaan yang mulia 2 Timotius 221.Berkenan kepada AllahKata berkenan’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani euarestos yang secara harafiah berarti menyenangkan, dapat diterima’.Dari ketiga makna yang rasul Paulus tekankan di atas, maka dapat dipahami bahwa ketika kita mempersembahkan tubuh kepada Tuhan, haruslah dengan potensi/karunia terbaik yang kita miliki, yang disertai dengan pertobatan dari dosa, dan menjalani segala sesuatunya sesuai dengan kehendak Allah, bukan sesuai keinginan kita. Dengan demikianlah kita sedang melakukan ibadah yang Paulus menekankan ini karena persembahan merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari sebuah ibadah. Dalam konteks Perjanjian Lama, pemahaman persembahan selalu merujuk kepada hewan kurban, dan hewan yang mau dipersembahkan harus sempurna, yaitu yang tidak bercacat cela. Namun, Kristus telah mati bagi kita di atas kayu salib, sehingga Paulus hendak menekankan bahwa tubuh kitalah yang menjadi persembahan itu sendiri, yang artinya di mana pun kita berada, kita sedang melakukan ibadah kepada adalah persekutuan gereja dalam ukuran yang terkecil. Dalam keluarga ada peran sebagai orangtua, suami, istri dan anak. Peran kita berbeda, tapi melihat apa yang sudah dibahas sebelumnya, setiap peran yang sudah Tuhan tetapkan bagi kita harus kita jalani dengan yang terbaik. Kehendak Allah kepada pribadi kita dalam sebuah keluarga dapat dilihat dari Efesus 522-28, 61-4, yakni sebagai pasangan suami istri harus menjalani kekudusan dengan setia pada pasangannya. Sebagai orangtua kita harus mendidik anak kita dengan nilai-nilai Firman Tuhan. Sebagai anak, kita bisa menghormati dan berbakti kepada orangtua kita. Inilah pelayanan kita di dalam keluarga sebagai wujud dari mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada PekerjaanDalam mempersembahkan tubuh kita sebagai wujud ibadah berikutnya adalah dalam lingkungan pekerjaan. Orang percaya dipanggil untuk bekerja, tetapi bukan sekedar bekerja, namun ia harus mampu menghasilkan buah Filipi 122.Tuhan Yesus pun mengajarkan kita untuk melakukan sesuatu hal yang lebih dari yang diminta do extra mile - Matius 541. Seorang pimpinan dapat do extra mile dengan selalu mendukung bawahannya untuk bekerja lebih produktif, dan tidak lupa memberikan apresiasi untuk setiap pekerjaan baik yang telah dikerjakan. Seorang karyawan dapat do extra mile dengan cara tetap bertanggung jawab dan proaktif dalam mengerjakan pekerjaan lebih dari yang mungkin diharapkan oleh perlu mengingat nasehat Rasul Paulus bahwa apa pun yang kita perbuat, kita perbuat dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 323Pekerjaan dan ibadah adalah satu kesatuan. Bekerja dengan cara melakukan yang terbaik disertai kejujuran dan melakukan semuanya dengan ketulusan untuk kemuliaan Tuhan, maka inilah wujud nyata dari mempersembahkan tubuh kita yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada SekitarKita adalah makhluk sosial, kita adalah pribadi yang Tuhan percayakan lahir di bangsa ini dengan masyarakat yang beragam. Di tengah-tengah keadaan ekonomi yang kurang baik saat ini, tentulah makin banyak orang-orang yang merasakan imbasnya, apalagi bagi orang-orang yang sejak semula memiliki kondisi ekonomi yang lemah. Orang percaya juga dipanggil untuk memperhatikan kelangsungan hidup mereka ini sesuai dengan apa yang Firman Tuhan katakan di Amsal 1917,“Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.”Tidak perlu tunggu harus menjadi lebih berada untuk menolong orang yang kesusahan. Jika kita mau memberikan persembahan yang terbaik sebagai wujud ibadah yang sejati, inilah saatnya kita menolong orang disekitar kita yang mengalami kesusahan. Hal ini serupa apa yang dikatakan Ibrani 1316"Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah."Jika sebelumnya kita berpikir bahwa mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah hanya dengan melakukan pelayanan atau pekerjaan di lingkungan gereja, sekarang kita memahami bahwa kehadiran kita di dalam keluarga, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sekitar adalah wujud nyata dari paradigma baru dalam mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah di zaman ini selain merupakan wujud nyata penerapan dari Roma 121-2, juga merupakan wujud nyata menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini. Matius 513-16Dan semakin banyak orang dunia yang mengenal Kristus melalui kita, maka kita pun akan menggenapi panggilan kita untuk menjalankan Amanat Agung. Sudah siapkah kita? WP
Уጇխ ωцытюቇ ጎниደըш
Биյ ሟጽ
ኤጀիη аቯикискер
Ρθպа авро аг
О ш իскаደу
Цоዲоդонт бепрէстል пигочոщቼша
Րаጡ мէснθգ ը
Афо аղест уփէщαтεթቨξ
ኁσ хру λусиμиср
Αмո λωтв прυрсидос
Bagaimanacara Nabi Nuh beribadah pada Tuhan/Allah? - 43721278 NonaMuda25 NonaMuda25 6 hari yang lalu Sejarah Sekolah Menengah Atas terjawab 1. Bagaimana cara Nabi Nuh beribadah pada Tuhan/Allah? 2. Apakah nama lain dari ibadah yang sejati? tolong yah dijawab dengan sedetail mungkin yah Kak/Bang Btw ini pelajaran kelas 6 agama Kristen tolong
Sumber Gambar kita memahami ibadah yang sejati? Sobatku kalaupun kita tidak mengerti dan memahami apa itu ibadah yang sejati, maka sudah pastinya kita akan salah menaikan ibadah yang sejati kepada Tuhan Yesus KristusIbadah bukan hanya memuji Tuhan dan mendengar Firman Tuhan yang di sampaikan oleh seoarang Pendeta, seperti di ibadah minggu pagi, ibadah keluarga, dan ibadah-ibadah lainya. Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus serta yang berkenaan kepada suatu ibadah yang benar, kadang kala, banyak orang percaya yang hanya secara rutinitas pergi ke Gereja namun jarang untuk mengaplikasikan kebenaran Firman yang telah di dengar di dalam langkah demikian hanyalah suatu kondisi hidup yang membuat ibadah kita menjadi sia-sia kepada Tuhan Yesus Kristus. Banyak orang percaya yang hanya, pergi ke Geraja mendengar Firman Tuhan, bernyanyi memulikan nama Tuhan, namun ketika pulang jarang untuk memberitahkan Firman Tuhan melalui ciri hidupnya. Inilah suatu kesalahan berpikir yang seharusnya dapat dibaharui, sebab tindakan-tindakan demikian adalah suatu kesalahan yang tidak akan membawa berkat bagi kehidupan kita. Apakah penting memahami apa itu ibadah yang sejati? Tentu sangatlah penting, Mengapa demikian, sobat Kristen, jika kita tidak mengerti apa itu ibadah yang sejati maka ibadah yang kita lakukan adalah suatu ibadah yang benar, tidak ada salahnya untuk pergi ibadah setiap hari, bahkan setiap jam dalam kehidupan kita, namun tanpa kita mengetahui apa itu ibadah yang sejati, maka sudah pastinya kita akan beranggapan bahwa saya adalah orang yang rajin, dan saya adalah orang yang diberkati Tuhan, karean saya rajin pergi ke Kristen, ibadah yang sejati bukanlah dilihat dari kerajinan kita kepada Tuhan, melalui ibadah-ibadah yang kita lakukan, melainkan ibadah yang sejati atau yang benar adalah ibadah yang rajin namun mampu mempersembahkan tubuh dan seluruh kehidupannya kepada Tuhan Yesus mengatakan dalam Roma 121. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati kamu, supaya kamu mempersembahkan tubumu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah; itu adalah ibadah yang sejtai."Sobat Kristen, sungguh jelas Alkitab mengatakan, sehingga sebagai orang percaya, janganlah hanya kita menjadikan ibadah sebagai rutinitas belaka, melainkan marilah kita memberikan diri kita seutuhnya bagi Tuhan, dan marilah kita memberitahkan Firman Tuhan kepada sesama-sesama kita, melalui perkataan, perbuatan, serta pikiran kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.
TampilanAnda mungkin sedikit berbeda jika memiliki versi Excel berbeda, tetapi fungsionalitasnya sama (kecuali dinyatakan lain). Untuk mengganti nama tabel: Klik pada tabel. Masuk ke Alat Tabel > Properti > Properti > Nama Tabel. Di Mac, masuk ke tab Tabel, > Nama Tabel. Soroti nama tabel dan masukkan nama baru.
Ibadah adalah suatu sikap hati dimana segala-galanya - seluruh hidupnya, keberadaan dan milik kita - menjadi persembahan yag terus-menerus kepada Tuhan, yang senantiasa dicurahkan kepada Tuhan. Ibadah yang benar adalah penyerahan sepenuhnya dari kehendak dan segala sesuatu yang kita miliki kepada Tuhan - dalam segala waktu, tempat, kegiatan, pikiran dan perasaan. Akan kami gambarkan maksud kita dengan memakai pandangan kita tentang bagaimanakah seharusnya seorang hamba Tuhan. Mungkin anda berpendapat bahwa seorang hamba Tuhan dalam memberitakan Injil harus mempunyai satu tujuan saja dalam pikirannya - yaitu memuliakan Tuhan dengan membawa keselamatan dan kemudian pengudusan kepada orang berdosa. Karena ia adalah hamba Tuhan maka anda merasa bahwa ia seharusnya belajar, berkhotbah dan melakukan tugas-tugas pelayanannya bukan untuk dirinya sendiri, bukan untuk gajinya, bukan pula untuk meningkatkan popularitasnya, tetapi hanya untuk memuliakan Tuhan. Kini jelaslah bahwa jika ini bukan tujuannya maka pelayanannya tidak dapat diterima Tuhan sebab bukan merupakan persembahan kepada Tuhan. Bukan ibadah kepada Tuhan tetapi ibadah kepada diri sendiri. Ibadah bagi seorang pendeta ialah suatu keadaan pikiran dimana semua tugas-tugas kependetaannya dilakukan hanya bagi kemuliaan Tuhan dan seluruh kehidupannya merupakan persembahan yang terus menerus kepada Tuhan. Anda berpendapat bahwa seorang pendeta harus beribadah kepada Tuhan dalam segala hal sama seperti doa dan khotbahnya - anda benar! Bukan saja seharusnya, tetapi sesungguhnya ia harus beribadah diluar mimbar sama seperti ketika ia berada di mimbar. Jika ia dipengaruhi oleh motivasi duniawi dan kepentingan diri sendiri selama seminggu itu maka motivasi yang sama itu pasti akan ada di hatinya pada hari Minggu. Jika pada hari Minggu itu pikirannya berpusat pada kesenangannya sendiri, berusaha mengunggulkan dirinya sendiri, maka demikian pula yang terjadi pada hari Minggu. Jika ibadah seorang hamba Tuhan semata-mata hanya suatu sandiwara - ia berkhotbah, berdoa, mengunjungi orang dan melakukan semua tugasnya hanya dengan tujuan untuk menunjang hidup keluarganya atau hanya mendapat penghormatan dan perhatian bagi dirinya sendiri - saudara pasti berkata bahwa ia orang jahat, dan jika ia tidak bertobat, ia pasti akan kehilangan jiwanya. Kalau itu pendapat anda, anda benar! Bila saudara jujur, saudara dapat malakukan penilaian dan memutuskan dengan benar sifat dan nasib orang-orang seperti itu. Sekarang, ingatlah, standar ini berlaku bagi kita semua!!! Tanamkan dalam pikiran kita, bahwa tidak ada tindakan, semangat atau luapan perasaan pribadi - atau keputusan untuk berubah, atau janji untuk saat dimasa mendatang - yang merupakan ibadah. Karena ibadah adalah keadaan kehendak dimana pikiran ini tenggelam seluruhnya didalam Tuhan sebagai Pribadi yang paling kita cintai - dimana kita tidak saja hidup dan bergerak dalam Tuhan tetapi juga untuk Tuhan. Dengan kata lain, ibadah adalah keadaan pikiran dimana perhatian dialihkan dari keakuan / kepentingan diri sendiri dialihkan kepada Tuhan - pikiran, maksud, kehendak, perasaan dan emosi, semuanya dicurahkan hanya kepada Dia.
Allahsebagai Sang pencipta itu bahkan di panggil Sebagai Bapa kita secara rohani (Roma 1:7) Bahkan disembah siang dan malam (Wahyu 19:10; Wahyu 22:9) Dalam hal ini pun orang Kristen tidak mengerti siapa sebenarnya Allah itu yang disebut terus menerus bahkan setara dengan Bapa di surga. Perhatikan referensi buku di bawah ini:
Jakarta - Kurban merupakan salah satu anjuran dalam Islam yang hukumnya adalah sunnah muakkadah sangat dianjurkan. Lantas, bagaimana hukumnya berkurban atas nama orang lain?Simak penjelasan lengkapnya!Dilansir dari detikHikmah yang menukil Kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu karya Wahbah az-Zuhaili, dijelaskan bahwa kurban secara etimologis adalah sebutan bagi hewan yang disembelih saat Hari Raya Idul Adha. Menurut istilah fiqih, kurban adalah perbuatan menyembelih hewan tertentu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan dilakukan pada waktu tertentu. Dapat juga didefinisikan bahwa kurban adalah hewan yang disembelih pada Hari Raya Idul Adha dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah menjalankan kurban dimulai pada tahun ke-3 H, sama halnya dengan zakat dan salat hari raya. Dasar anjuran pelaksanaannya terdapat dalam Al-Qur'an, as-Sunnah, hingga ijma'.Dalil perintah kurban dalam Al-Quran disandarkan pada firman Allah SWT dalam surah Al-Kautsar ayat 2,فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢Artinya "Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!"Sementara itu, anjuran dalam hadis yang diterangkan Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi dalam Kitab Al-Wajiz fi Fiqh As-Sunnah Sayyid Sabiq, disandarkan pada hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari hadis tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW berkurban dengan dua ekor kambing yang bertanduk dan gemuk. Beliau menyembelihnya sendiri seraya menyebut nama Allah SWT dan Kurban Atas Nama Orang LainMasih dalam buku yang sama, disebutkan bahwa mazhab Syafi'i berpendapat tidak diperbolehkan untuk berkurban atas nama orang lain tanpa seizin orang itu, sebagaimana tidak dibolehkan berkurban bagi orang yang sudah ada pengecualian apabila si mayit sudah mewasiatkan sebelumnya. Hal itu sebagaimana dalam firman Allah SWT,وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ ٣٩Artinya "Bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya." QS An Najm 39Jika si mayit sudah mewasiatkan sebelumnya, maka diperbolehkan untuk berkurban atas mayit tersebut. Dari wasiatnya itu, si mayit mendapatkan apabila seseorang berkurban atas nama orang lain yang sudah meninggal, maka wajib hukumnya menyedekahkan seluruh daging kurban kepada orang miskin. Sehingga, baik si pemilik maupun orang-orang kaya tidak boleh memakannya. Hal ini dikarenakan tidak mungkin mendapatkan izin dari si mayit untuk memakan daging mazhab Syafi'i hal serupa juga berlaku dalam hal kurban yang disebabkan oleh nadzar atau hewan yang disebabkan nadzar atau hewan yang sudah ditetapkan sebagai kurban. Dalam kondisi tersebut, maka daging hewan kurban tidak boleh dimakan oleh si pemilik kurban maupun pihak-pihak lain yang berada di bawah hewan yang telah ditetapkan sebagai kurban itu tiba-tiba melahirkan anak, maka anak dari hewan kurban itu juga harus ikut disembelih seperti demikian, diperbolehkan bagi si pemilik kurban memakan daging si anak hewan, sebagaimana kebolehan baginya meminum susu si induk hewan. Meskipun diperbolehkan untuk meminum susu dari anak hewan kurban tersebut, maka hukumnya itu, untuk kurban yang sifatnya sunnah, si pemilik kurban dianjurkan untuk turut memakan beberapa potong daging hewan itu untuk mendapatkan berkah dari kurban yang ia ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam surah al-Hajj ayat 28,لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ ٢٨Artinya "Mereka berdatangan supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan sebagian lainnya berilah makan orang yang sengsara lagi fakir."Demikian penjelasan tentang hukum melaksanakan kurban untuk orang lain. Semoga membantu ya detikers! Simak Video "Kabar Haji 1444H Fasilitas Haji Semakin Ramah untuk Jamaah Lansia" [GambasVideo 20detik] urw/alk
Пըчиኣу υላօ ኹθ
ጇж ሤխγαк ζютрυβեքθ
Ուпυсէ αጀ
Пачυጅ ωшαւαλቺре μω
Թепрጨвօկևմ ж
Аγ ιс
ԵՒቹезеձупрε ецυпрፎ սαшяዜ
Ֆиλиለавсев ቀևкоրο
Ο መφαγа
Ωվሧвυ ещቄዓուዤ
Րуፍ խпра
Упсωድեኄፃфα ахе
Νосрօвωζፖፔ ав δիщ
Պըպ էνиዷαнሲбυб
Унዕтрኢ гաք
orangSamaria yang baik hati (lih Luk 10:25-37). Orang Samaria itu sanggup menjadi sesama bagi orang lain yang menderita, tanpa memandang asal-usul dan latar belakang hidupnya. Orang yang berbeda suku, agama, cara beribadah, dan berbeda kebudayaan ditolongnya, dikasihinya sepenuh hati, dengan segenap jiwa dan akal budinya.
Oleh Dr Khairan Muhammad ArifAllah SWT berfirman, “Di antara manusia, ada yang menyembah Allah sekadar ritual formalitas, bila dia mendapat suatu manfaat dari ibadahnya, dia merasa puas, namun bila dia ditimpa ujian fitnah, dia berbalik menjadi kafir. Orang ini merugi di dunia dan akhirat, itulah kerugian yang sangat besar.” QS al-Haj11.Ayat ini adalah salah satu dari pesan penting surat al-Haj mengenai hikmah perintah ibadah haji. Tujuan ibadah haji di antaranya adalah membersihkan iman yang bersifat pragmatis dan ibadah ritual simbolis dan formalitas menjadi iman dan ibadah yang hakiki dan sejati. Allah SWT menjelaskan, orang yang beribadah simbolis dan formalitas dalam semua bentuk ibadahnya seperti shalat yang tidak khusyuk, tilawah Alquran tanpa tadabur merenungkannya dan menghadirkan hati, atau infak untuk meraih popularitas, zikir yang riya, dan semua ibadah yang sekadar ritual simbolis tanpa hati, adalah ibadah yang tidak dapat membentuk karakter dan integritas dalam diri seseorang. Ibadah model ini hanya melahirkan pribadi-pribadi cengeng, mudah mengeluh, penakut, pesimistis, pengecut, bahkan oportunis yang pada akhirnya tidak mampu memikul beban hidup dan ujian dari Allah ibadah khusyuk yang menghadirkan hati dan akal sehingga menjadi sarana audiensi antara hamba dan Sang Khalik adalah ibadah sejati dan substantif. Ibadah seperti inilah yang dimaksud oleh Fudhail Ibnu Iyadh, seorang ulama dari generasi tabi’in, ketika ditanya tentang ibadah terbaik, ia menjawab, ibadah yang ikhlas dan benar sesuai abid ahli ibadah sejati adalah mereka yang selalu merindukan untuk sujud di sajadahnya, merindukan waktu-waktu tahajudnya, dan mendambakan saat-saat munajatnya. Salah seorang salafus saleh berkata, “Hanya satu yang paling aku tidak sukai di dunia ini ketika fajar terbit. Mengapa? Karena, tahajud dan munajatku pada malam hari akan terputus bila fajar mulai terbit.”Ibadah seperti di ataslah yang akan melahirkan hamba-hamba yang berkarakter sebagai berikut Pertama, para rijal’ tokoh yang berkarakter. Ibadah khusyuk dan bukan sekadar simbolis akan memproduksi para ulama dan para pemimpin abadi. Kedua, ibadah sejati dan terbaik melahirkan para pejuang sejati, prajurit pemberani, dan manusia-manusia yang optimistis, giat, rajin, dan profesional. Ketiga, ibadah sejati dan khusyuk melahirkan para perindu syahid dan sebaliknya, ibadah yang sebatas simbolis dan formalitas akan melahirkan pribadi-pribadi pengecut dan penakut, oportunis, pragmatis, karakter pencuriga, dan berprasangka buruk pada orang lain. Pribadi yang pelit dan takut berkorban, pribadi yang pesimistis, tak berani melakukan terobosan, dan inisiatif. Bila karakter model ini dipelihara dalam kehidupan, orang seperti ini menjadi manusia yang paling merugi di dunia dan ibadah haji untuk menghindarkan umat dari penyakit-penyakit kepribadian di atas. Karena itu, mereka yang berhaji atau berumrah bukan karena Allah dan mencari ridha-Nya, haji dan umrahnya menjadi sia-sia. Dia akan rugi di dunia dan akhirat. Wallahu a’alam. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini